Langsung ke konten utama

Makalah Indepth News



BAB I
PENDAHULUAN

1.     Latar Belakang
           
            Indepth news adalah segala segala sesuatu yang membuat para pembaca tahu mengenai seluruh aspek yang terjadi pada subjek dari kepastian informasi yang diberikan. Kamath menekankan bahwa Indepth News ialah berita secara mendalam yang mengabarkan kepada kita mengenai keseluruhan apa yang terjadi dari kisah yang terjadi. Sedangkan Indepth News menurut    Ferguson dan Patten ialah untuk mendapatkan kelengkapan pengisahan.



















BAB II

1.     Pembahasan
A.    Pengertian Indepth News
            Indepth News adalah berita yang menyajikan permasalahan secara lengkap. Mendalam dan analitis. Cara penulisan ini dimaksudkan untuk mengahadirkan informasi agar pembaca lebih memahami duduk perkara suatu masalah ke arah mana suatu pristiwa berkembang.
            Berita mendalam ditulis lewat hasil liputan yang terencana dan memerlukan waktu yang lama memerlukan paper trail, yakni penelusuran jejak orang ( people ) dan jejak dokumen ( paper ) tehnik peliputannya dengan melalui investigative reporting, mulai pengumpulan fakta sampai penyajiannya.
            Jika anda kebetulan membaca sebuah berita dan merasakan masih adanya informasi yang tertinggal atau belum terungkapkan, itu berarti penulis berita mempunyai kesempaan untuk melanjutkan penulisan beritanya dengan mengembangkan pada tulisan lainnya.[1]
Laporan mendalam dan berita mendalam adalah sama – sama bentuk pelaporan investigasi. Laporan mendalam ( indepth reporting ) dalam pelutannya, jurnalis membongkar persoalan sedalam – dalamnya untuk memperoleh fakta, sebelum ia berhasil memetakan persoalan yang diliput. Banyak hal yang harus diungkap diuji kebenarannya, dan seterusnya, sehingga memerlukan kecermatan, pendalaman pemahaman atas persoalan, dan juga waktu panjang. Dari durasi tulisan laporan mendalam sama – sama berkesempatan untuk menjadi running news ( berita yang bersambung ).
            Liputan mendalam dilakukan dengan cara interpratif ( mencoba memaknai hubungan antar fakta agar memperoleh petunjuk fakta apa saja yang perlu dicari dan dikumpulkan dengan cara penyelidikan investigasi, dan penggalian data karena diasumsikan selalu ada pihak yang mencoba menyembunyikan fakta ).[2]
            Dalam laporan dan berita mendalam ( indepth ) yang diakukan dengan cara investigasi dikenal dengan adanya 2 sumber berita, ini menurut konsep invertigasi reporting dari pakar jurnalistik AS, Melvin Mancher, yakni :
1.      People Trail
2.      Paper Trail
·         Peole Trail adalah jejak orang atau wawancara dengan narasumber yang merupakan kunci informan, dan secondary informan. Sebisa mungkin hindari wawancara dengan orang yang hanya ada di luar persoalan  yang diinvestigasi.
·         Paper Trail adalah investigasi dengan cara membongkar dokumen, atau mencari data dari aneka literatur yang mendukung ( back up data ) dari data yang diperoleh hasil wawancara.

B.     Perbedaan yang Mendasar Antara Berita Investigasi dengan Laporan Mendalam / Indepth News

            Depth reporting mengangkat berbagai fakta untuk memberikan kontribusi pada pemahaman terhadap sebuah kisah, selain itu depth reporting melakukan pemberitahuan kepada pembaca inti kisah yang sesungguhnya secara mendalam ( lengkap ), seimbang dan terorganisir dengan latar belakang, yang tidak begitu saja meninggalkan pertanyaan yang diajukan oleh pembaca.[3]


            Depth reporting memasuki sebuah penyidikan (investigasi) tentang sesuatu yang sudah ada dengan orisinil, logis dan memasukkan berbagai kepentingan yang membuat pembaca paham bukan kepada siapa dan apa, melainkan kepada bagaimana dan yang terpenting ialah mengapa. Perbedaan antara berita investigasi dengan depth reporting dapat dilihat dari wartawannya. Wartawan investigasi bekerja dengan ketidakjelasan materi liputan, waktu peliputan membutuhkan waktu yang lama, membutuhkan kesabaran dan ketekunan, serta imajinasi pada tiap hari pencarian fakta, wartawan investigasi seperti mengalami penolakan, penghadang, dan kerap dapat kecaman atau keadaan benar-benar berbahaya, waktu deadline bukanlah esok atau hari-hari kemudian, melainkan dapat berlangsung bulanan, sebagai sebuah pelaporan jurnalistik, investigasi memiliki unsur kemendalaman sedangkan depth reporting mengandung unsur keluasan, berita yang ditulis wartawan investigasi disusun secara mendalam dan depth reporting menjadi salah satu cara atau alat bagaimana investigasi diliput dan ditulis. Salah satu hal paling mendasar yang membedakan antara depth reporting dan berita investigasi adalah ada atau tidak adanya hipotesis dalam penelusuran tersebut. Dalam peliputannya, berita investigasi memakan waktu yang lebih lama dari depth reporting. Selain itu depth reporting juga menjelaskan keterkaitan dan perkembangan dari sebuah kisah yang terjadi, bukan bermaksud untuk menemukan suatu kasus yang baru yang sama sekali belum diketahui oleh masyarakat seperti dalam berita investigasi.[4]






C.     Karakteristik Berita Mendalam ( Indepth News ) untuk Media Cetak, Televisi, dan Radio

1.      Televisi
·        Produksi berita televisi dilakukan sesuai SOP (standard operating procedure): Pra produksi, produksi, dan pasca produksi.
·         Produksi berita televisi memanfaatkan audio visual seperti apa adanya dan tanpa manipulasi. Pengambilan gambarnya dilakukan ‘as it happen’ atau saat sebuah peristiwa sedang berlangsung
Beberapa hal yang biasa dilakukan pada tahap pra produksi antara lain adalah riset dan daftar harapan atau WISHLIST. WISHLIST adalah daftar sejumlah hal yang diharapkan diperoleh tim liputan saat berada di lapangan. Salah satu unsur dalam WISHLIST adalah urutan VISUAL/SHOT LIST. VISUAL/SHOT LIST adalah urutan gambar yang diinginkan produser sehingga bisa dikatakan bahwa ini merupakan bentuk sederhana dari STORYBOARD untuk sebuah laporan mendalam dengan durasi 30 menit, WISHLIST dibuat berdasarkan porsi dari liputan mendalam itu yang akan dilakukan keesokan harinya. Sehingga WISHLIST yang dibuat bisa lebih dari satu dan satu WISHLIST bisa melengkapi WISHLIST lainnya. Satu SEGMEN bisa dibuat dengan 4 atau 5 wishlist.
·         Lama proses produksi tim liputan dalam sehari sekitar 9 jam. Jam bekerja itu sudah termasuk proses membuat ‘rough-cut’ atau edit kasar dari hasil liputan bagi campers dan skrip bagi reporter, sehingga memudahkan editor yang akan meng-edit hasil liputan. Skrip akan di-edit oleh produser dan audio visual akan di-edit oleh editor visual. Dengan demikian produksi di lapangan otomatis hanya sekitar 5 s/d 6 jam.[5]

·         Dalam proses pasca produksi, hasil liputan reporter diserahkan kepada produser. ‘Rough cut’ buatan campers diserahkan ke editor dan skrip diserahkan ke produser untuk diolah lebih lanjut menjadi tayangan yang koheren selama 30 menit. Untuk laporan mendalam selama 30 menit lama proses produksi (pra, produksi dan pasca produksi) bisa menghabiskan waktu 2 pekan atau 14 hari.[6]

2.      Media Cetak
·         Menyesuaikan diri dengan kaidah bahasa Jurnalistik yang benar, minimal tulisan dapat dimengerti pembaca dan tidak berbelit-belit.
·         Mengungkap persoalan secara kronologis, mendalam, objektif, terungkap, dan teliti dari berbagai sudut pandang (tidak boleh satu).
·         Suatu media massa cetak mengkaji berita mendalam dari berita langsung (straight news) yang terlebih dahulu diberitakan dalam media massa cetak yang sama.
·         Terdapat rapat proyeksi (rencana kegiatan) dan rapat budgeting (pendalaman objek pencarian berita) sebelum tim diterjunkan ke lapangan.
·         Redaktur sebagai kepala tim menentukan Terms Of Reference untuk tiap-tiap anggota tim (wartawan). Dibahas dalam rapat proyeksi.
3.      Radio
·         Proses penyebaran berita melalui pemancaran (transmisi) dan lebih ke arah audio nya.
·         Menggunakan bahasa tutur. Langsung, kalimat mudah dimengerti (singkat, padat, sederhana, dan jelas.
·         Memerlukan news script, yang pembuatannya sama dengan media massa cetak.


D.    Pola pembentukan Tim dalam Laporan Mendalam, Fungsi dan Tanggung Jawab masing-masing Anggota


Model pembentukan suatu tim pertama kali diajukan oleh Bruce Tackman pada 1965. Teori ini dikenal sebagai salah satu teori pembentukan tim yang terbaik dan menghasilkan banyak ide-ide lain setelah konsep ini dicetuskan. Teori ini memfokuskan pada cara suatu tim menghadapi suatu tugas mulai dari awal pembentukan tim hingga proyek selesai. Selanjutnya Tuckman menambahkan tahap kelima yaitu adjourning dan transforming untuk melengkapi teori ini.[7]

·         Tahap 1 – Forming
Pada tahap ini, kelompok baru saja dibentuk dan diberikan tugas. Anggota tim cenderung untuk bekerja sendiri dan walaupun memiliki itikad baik namun mereka belum saling mengenal dan belum bisa saling percaya. Waktu banyak dihabiskan untuk merencanakan, mengumpulkan infomasi dan mendekatkan diri satu sama lain.

·         Tahap 2 – Storming
Pada tahap ini tim mulai mengembangkan ide-ide berhubungan dengan tugas yang mereka hadapi. Mereka membahas isu-isu semacam masalah apa yang harus mereka selesaikan, bagaimana fungsi mereka masing-masing dan model kepemimpinan seperti apa yang dapat mereka terima. Anggota tim saling terbuka dan mengkonfrontasikan ide-ide dan perspektif mereka masing-masing. Pada beberapa kasus, tahap storming cepat selesai. Namun ada pula beberapa tim yang mandek pada tahap ini. Tahap storming sangatlah penting untuk perkembangan suatu tim. Tahap ini bisa saja menyakitkan bagi anggota tim yang menghindari konflik. Anggota tim harus memiliki toleransi terhadap perbedaan yang ada.


·         Tahap 3 – Norming
            Terdapat kesepakatan dan konsensus antara anggota tim. Peranan dan tanggung jawab telah jelas. tim mulai menemukan haromoni seiring dengan kesepakatan yang mereka buat mengenai aturan-aturan dan nilai-nilai yang digunakan. Pada tahap ini, anggota tim mulai dapat mempercayai satu sama lain seiring dengan mereka melihat kontribusi penting masing-masing anggota untuk tim.

·         Tahap 4 – Performing
            Tim pada tahap ini dapat berfungsi dalam menyelesaikan pekerjaan dengan lancar dan efektif tanpa ada konflik yang tidak perlu dan supervisi eksternal. Anggota tim saling tergantung satu sama lainnya dan mereka saling respek dalam berkomunikasi. Supervisor dari kelompok ini bersifat partisipatif. Keputusan penting justru banyak diambil oleh tim.

·         Tahap 5 – Adjourning dan Transforming
            Ini adalah tahap yang terakhir dimana proyek berakhir dan tim membubarkan diri. tim bisa saja kembali pada tahap manapun ketika mereka mengalami perubahan (transforming). Misalnya jika ada review mengenai goal ataupun ada perubahan anggota tim.[8]
Dalam membangun sebuah tim, beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah:
Ø  Memahami dinamika kelompok dan prosesnya, serta apa implikasinya bagi pelaku dan praktek supervisor.
Ø  Menyadari arti penting untuk mempengaruhi dan menetapkan norma kelompok sehingga mereka mendukung bagi pencapaian hasil kerja yang baik.
Ø  Memahami pentingnya mendengarkan orang lain, bukan berpegang teguh pada posisi dan pendapatnya.
Ø  Setiap pribadi dalam tim memiliki latar belakang, nilai-nilai dan harapan masing-masing. Suasana yang konstruktif bagi berlangsungnya sikap saling mendukung dan upaya kerjasama akan tercipta melalui :

1.      Upaya mendorong anggota tim untuk memandang tim sebagai sumber gagasan, tehnik pelaksanaan, bantuan dan dukungan.
2.      Upaya mendorong tim untuk menyibukkan diri dengan berbagai usulan yang konstruktif.
3.      Mendorong anggota tim untuk berani mengambil inisiatif dan melakukan tindakan.
4.      Menjamin bahwa semua pertemuan dan diskusi formal yang dilakukan tim berlangsung efisien.
5.      Mendorong semua anggota untuk menuntaskan segala persoalan dan ketidaksepakatan secara terbuka dan konstruktif, bukannya menekan atau menghambatnya
















BERITA

Kompas, Jum’at, 19 Maret 2010, yang memuat tentang berita terorisme  yang bergerak di Aceh, berita ini menguak tentang kontak tembak antara Polda NAD dengan sekelompok teroris  yang dilakukan oleh Abu Yusuf, salah seorang teroris yang berperan sebagai pimpinan pelatihan menembak dan membaca peta kelompok teroris itu dikawasan pegunungan Bun, Jalin, Kecamatan Jantho, Aceh Besar, Nanggroe Aceh Darussalam (NAD).

“Kontak tembak ini bermula dari sebuah sms yang dikirimkan oleh Abu Yusuf di kawasan pegunungan Bun kepada seseorang di Solo, Jawa Tengah pada 27 Februari 2010,  dimana sms ini berbunyi “Tandzim Al-Qaidah Indonesia Cabang Serambi Mekah telah bertahan untuk melanjutkan jihad terhadap musuh-musuh Allah : kaum Yahudi, Salibis, dan Murtadin serta meminta musuh-musuh Allah untuk segera meninggalkan tanah Serambi Mekah”. Pesan singkat tersebut bukanlah hanya ancaman yang berisikan gertakan sambal semata, hal ini dapat kita ketahui bahwa sepanjang Kamis (4/3) lalu, belasan kali ambulans milik Kepolisian Daerah (polda) NAD bolak-balik Banda Aceh-Lamkabeu, Aceh Besar untuk mengantar anggota polisi yang tertembak dalam pengejaran kelompok bersenjata yang dipimpin oleh Abu Yusuf itu. Kontak tembak yang berlangsung tersebut menewaskan dua anggota Brimob Polda , seorang warga sipil serta seorang anggota Detasemen Khusus 88 Antiteror, sehingga esok harinya Mabes Polri menyatakan bahwa kelompok bersenjata tersebut sangatlah menguasai medan perang ini, mayat tiga polisi yang tewas itupun baru bisa diambil dua hari kemudian karena aparat tidak berani mendekat ke lokasi kontak tembak”.[9]



BAB III
PENUTUP

1.     Kesimpulan

          Untuk dapat menuliskan sesuatu in depth, termasuk berita, tentu saja si penulis memerlukan data yang relatif lengkap dan acuan-acuan dari berbagai sumber. Data-data itu diperiksa kembali dan diperiksa silang menggunakan berbagai sumber, selain menggunakan berbagai nara sumber, juga memanfaatkan berbagai sumber perpustakaan tentang subyek yang sama. Di sini, lalu muncullah peran penting hasil-hasil penelitian, dan tersedianya perpustakaan yang padan sehingga memungkinkan penulis memperoleh tulisan in depth. Hasil-hasil penelitian dan acuan perpustakaan selain membantu guna memperoleh data-data yang relatif akurat, juga berfungsi sebagai bahan pembanding. Penggunaan metoda perbandingan kiranya memang membantu dalam melihat hal-ikhwal seadanya hal-ikhwal itu, tingkat perkembangan serta capaiannya. Membantu penulis untuk seminim mungkin luput dari evaluasi subyektif. Kalau pandangan demikian benar, maka tulisan in depth tidak bertentangan dengan tuntutan obyektivitas berita (news) atau tulisan non fiksi (non fiction writing).











DAFTAR PUSTAKA

Buana, Tim Mercu, THE REPOTITION IN THE DYNAMIC OF CONVERGENCE, ( Jakarta : KENCANA, 2012 )

E, Tom, et al, Rolnicki, Dasar Jurnalisme, ( Jakrta : Prenadamedia, 2008 )

http://regional.kompas.com/read/2017/02/27/15261611/kapolri.sebut.pelaku.bom.bandung.pernah.latihan.teroris.di.aceh

Ibrahim, Idi Subandy, 2009, KECERDASA KOMUNIKASI, ( Bandung : Simbiosa Rekatama Media )

Ramli, M, Asep Samsul, Jurnalistik Praktis Untuk Pemula, ( Bandung : Remaja Rosda Karya, 2009 )



[1] Ramli, Asep Samsul M, Jurnalistik Praktis Untuk Pemula ( Bandung : Remaja Rosda Karya, 2009 ), h. 190
[2] Ramli, Samsul, Jurnalistik.  h. 190 - 191
[3] Idi Subandy Ibrahim, KECERDASAN KOMUNIKASI ( Bandung : Simbiosa Rekatama Media, 2009 ). h. 9
[4] Ibid,.
[5] TIM Mercu Buana, THE REPOTITION IN THE DYNAMIC OF CONVERGENCE ( Jakarta : KENCANA, 2012 ). h. 139
[6] Ibid,. h. 139 - 140
[7] Tom E. Rolnicki et al, Dasar Jurnalisme ( Jakarta : Prenadamedia, 2008 ), h, 45
[8] Rolnicki et al, Dasar. h. 45 -  46

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Manajemen Radio dan Televisi

TEKNIK MANAJEMEN RADIO DAN TELEVISI A.     Radio              Radio mendapat julukan sebagai “kekuasaan yang kelima” (the fifth estate), setelah pers (surat kabar) dianggap sebagai “kekuasaan yang ke empat” (the forth estate). Sebenarnya televisi lebih sempurna dari radio, karena kalau radio sifatnya “auditive” (hanya dapat didengar), maka televisi selain auditive, juga “visual” (dapat dilihat). Namun demikian belum lagi televisi diberi julukan “the sixth estate” (kekuasaan yang keenam). Itulah sebabnya kalau dalam suatu negara terjadi revolusi, kudeta atau pemberontakan, maka yang nomor satu dikuasai adalah radio. Radio siaran dalam arti kata “broadcast” telah dimulai pada tahun 1920 oleh stasiun radio KDKA pittsburg di Amerika Serikat. Pada mulanya radio siaran mempunyai 3 fungsi yaitu : 1.       Alat hiburan 2.       Alat penerangan 3.       Alat pendidikan              Demikian juga ketika radio siaran telah meluas ke negara-negara Eropa fungsi radio si